Anda pikir, permintaan maaf sudah cukup untuk meredam amarahnya? Wanita tidak akan semudah itu memaafkan kesalahan Anda, apalagi bila hatinya telah tersakiti. Bila perjanjian damai tak semulus Perjanjian Lingarjati, atau tak kunjung disepakati segera, sebaiknya segeralah bertindak bila Anda tak mau si Dia meninggalkan Anda.
Meminta maaf atas kesalahan yang Anda perbuat padanya memang gampang-gampang susah. Hati seseorang bisa diibaratkan dengan sebuah pintu. Bila ia sedang senang, pintu tersebut terbuka lebar, dan Anda akan merasa di sambut di dalamnya. Namun, ketika Dia sedang marah, maka ia akan menutup rapat-rapat dan mengunci pintu tersebut sehingga sulit bagi Anda untuk membukanya. Kecuali bila Anda menemukan kunci itu – inti permasalahan yang membuat dirinya marah.
Ya! Tugas Anda menemukan kunci tersebut, agar Anda bisa membuka pintu hatinya dan masuk ke dalamnya kembali. Masalahnya, hanya Dia yang tahu seperti apa kunci yang tepat untuk membuka ‘hatinya’. “Wanita memang paling sering marah tanpa meninggalkan petunjuk apa pun,” kata Mariska Lubis, pengasuh rubrik Tanya Mariska di majalah Men’s Health Indonesia. Mereka ingin Anda menebaknya, dan memberikan jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut bersama. Ini memang menyebalkan, buang-buang waktu, dan pikiran.
Bila Anda bertengkar atau berselisih dengan si Dia, Anda perlu mengikuti beberapa pedoman dasar untuk menyelesaikannya. Anggap saja Anda sedang mengikuti Konferensi Meja Bundar ‘pasangan cekcok’. Ikuti tip dari kami berikut ini, dan Anda akan menjadi lebih fokus dengan permasalahan utama yang perlu segera diselesaikan dan terhindar dari beberapa hal yang justru dapat menyakiti dirinya hingga membahayakan kelangsungan hubungan Anda. Kami akan menuntun Anda menemukan kunci hatinya, sehingga Anda tak perlu mendobraknya dengan paksa karena si Dia akan dengan senang hati membuka kembali hatinya.
Buat Dia percaya
Pertama-tama, yakinkan si Dia agar ia bisa menerima realita dari situasi yang sedang berlangsung – pertengkaran pasti terjadi dalam sebuah hubungan. Dengan begitu Dia akan menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah suatu hal yang wajar. Kebanyakan pasangan menganggap bahwa perbedaan pendapat merupakan sebuah petunjuk kalau mereka tidak ditakdirkan untuk menjadi sepasang kekasih karena ada ketidak cocokan satu sama lain. Padahal berdebat tentang suatu hal – keadilan, kejujuran, dan saling menghargai – adalah wajar. Ini dapat mencegah frustasi dan perasaan dendam yang terbentuk. Selain itu, ini juga merupakan cara terbaik bagi pasangan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi, yang selama ini mengganjal dalam pikiran Anda berdua. Katakan padanya kalau ada sesuatu yang dipikirkan, jangan dikubur dalam hati karena sewaktu-waktu bisa ‘meledak’. Keluarkan semua dengan membicarakannya, ini dapat membuat dirinya lebih lega.
Ajak Dia kompromi
Dalam sebuah hubungan, segala sesuatunya serba dikompromikan. Bila Anda merasa selalu ingin menang sendiri, Anda akan menganggap sikap kompromi bukanlah sebuah pilihan karena Anda takut kalah. Hal ini justru akan merugikan Anda. Karena bagaimana pun juga, orang yang ingin menang sendiri akan berakhir dengan kesendirian.
Jelaskan padanya bahwa Anda menyesal dengan apa yang telah terjadi, minta maaflah karena telah membuatnya merasa sedih dan frustasi dalam hubungan ini akibat sikap egois Anda. “Jangan pernah mencari pembenaran yang membebaskan diri Anda agar tidak dipersalahkan,” kata Mariska. Dan berjanjilah bahwa Anda akan selalu mengajaknya kompromi untuk menyelesaikan masalah. Dengan begitu Anda telah menciptakan keseimbangan dalam hubungan Anda, sehingga Dia jadi lebih berani mengungkapkan isi hatinya pada Anda. Ia tak takut lagi kalau pendapatnya tidak Anda hargai.
Jangan menyudutkan si Dia
Saat Anda bertengkar, biasanya Anda banyak menggunakan kata “Kamu” daripada “Saya” dalam setiap percakapan. Ini menunjukkan kalau Anda hanya fokus pada dirinya dengan mencari-cari kesalahan yang memojokkan si Dia. Bila Anda ingin dimaafkan, mulailah dengan memperbanyak kata “Saya” dalam kalimat Anda. Mengucapkan, “Saya sedih karena kamu datang sangat terlambat,” akan lebih enak di dengar daripada, “Kamu datang terlambat pasti karena pergi dengan lelaki itu!”
Dan saat melakukan pendekatan, “Anda tidak perlu menyalahkan diri Anda,” kata Mariska. Sebaiknya, katakan pada si Dia tentang apa yang Anda rasakan, jangan main serang dirinya dengan berbagai pertanyaan atau tuduhan.
Bicara dengan perasaan
Pria lebih sering berbicara menggunakan pikiran mereka, bukan melalui perasaan. Karena itu, tak sedikit perkataan pria yang sering menyinggung hati seorang wanita. Mengucapkan sesuatu dengan menggunakan perasaan sebenarnya justru lebih mudah daripada harus menyusun kalimat yang terkonsep dari pikiran.
Sebagai contoh, “Kamu sepertinya kecewa,” akan lebih mudah dicerna dan memberikan resolusi yang positif daripada Anda mengucapkan, “Kamu sepertinya salah menafsirkan apa yang saya ucapkan tadi.” Mengapa demikian? Karena kalimat pertama menunjukkan perasaan, sementara kalimat kedua akan membawa pembicaraan Anda dalam sebuah konflik yang penuh perdebatan serta terkesan memaksanya untuk memberikan alasan yang tepat.
Jadilah pendengar yang aktif
Salah satu cara terbaik untuk membuat sebuah perdebatan tetap fokus dalam satu masalah dan menhindari agar tidak berkembang, tunjukkan padanya bahwa Anda mendengarkan setiap perkataan yang ia ucapkan. Ketika pasangan Anda mengucapkan sesuatu, ulangi perkataan tersebut atau simpulkan dengan benar lalu tanyakan apakah apa yang Anda ucapkan benar.
Menjadi pendengar yang baik memang terasa canggung pada awalnya, dan membutuhkan kedisiplinan Anda. Maksudnya, Anda perlu belajar untuk menjaga agar mulut Anda tetap tertutup rapat dan pikiran Anda tetap fokus ketika si Dia sedang bicara. “Jangan memotong pembicaraan, cukup dengarkan dengan baik,” kata Mariska. Mengulangi percakapannya juga membuktikan kalau Anda telah mengerti ucapannya.
Jangan sok memperbaiki
“Jika Anda sedang memperdebatkan suatu masalah, tugas Anda saat itu adalah mendengarkan, bukan mencari jalan keluar sendiri untuk memecahkan masalah tersebut,” kata Mariska. Wanita membenci hal ini. Mereka menganggap sikap tersebut adalah pertanda kalau Anda tidak mendengarkan ucapannya (dan biasanya memang kita tidak mendengarkannya). Apa yang mereka butuhkan adalah sebuah empati. Mereka ingin Anda mengerti apa yang mereka rasakan. Mereka tidak membutuhkan nasihat. Dan bila ada suatu masalah yang perlu diperbaiki, yang harus Anda lakukan adalah mencari jalan keluarnya bersama-sama dengan pasangan Anda.
Jangan pernah menghindar
Kebanyakan pria (dan wanita) tidak tahan menghadapi sebuah konflik dalam hubungan, lalu mengambil langkah menghindar dengan pergi ke luar rumah atau menonton TV. Cobalah untuk tetap bertahan dan dengan segenap usaha, selesaikan masalah tersebut saat itu juga. Jangan di tunda-tunda.
Hampir sering terjadi, pria merasa mencapai titik di mana mereka ingin teriak, "Saya tidak ingin mendengar lagi!" dan mereka akhirnya membangun tembok pemisah serta memulai untuk tidak berkomunikasi satu sama lain. Sebaiknya, tetaplah di sana, walau Anda rasanya ingin sekali menutup mulutnya. “Bila masalah tidak segera diselesaikan, maka kemungkinan besar akan berkembang lebih parah,” kata Mariska. Lagi pula, akan lebih mudah bagi Anda untuk membuka pintu hatinya saat ia baru menutupnya. Bila pintu yang terkunci dibiarkan tertutup lama, maka kuncinya akan berkarat sehingga lebih sulit membukanya.
Kegigihan Anda untuk menyelesaikan masalah menunjukan perasaan cinta Anda dan kalau Anda tidak bisa jauh darinya. Dia pasti akan memaafkan Anda atas usaha Anda itu.
Ciptakan suasana romantis
“Wanita sangat gampang luluh dengan hal-hal yang romantis,” kata Mariska. Bila ia melihat Anda menunjukkan sikap ini padanya, maka ia akan menganggap Anda merasa menyesali dengan semua permasalahan yang terjadi dan ingin segera mengakhirinya. Selain itu, ini juga adalah salah satu cara untuk mengekspresikan cinta Ana dan menunjukkan kalau tidak ada yang lebih penting selain mendapatkan cintanya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar